Penyebab Post-Holiday Blues dan Cara Jitu Menghadapinya di Tempat Kerja

5 menit membacaPost Holiday Blues

Post-Holiday Blues bukan sekadar perasaan malas biasa. Ini adalah kondisi psikologis yang bisa memengaruhi produktivitas, motivasi, dan bahkan kesehatan mental karyawan. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini bisa berdampak pada penurunan kinerja tim dan target perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi HR untuk memahami dan membantu karyawan mengatasi Post-Holiday Blues. 

Penyebab Post-Holiday Blues

1. Perubahan Rutinitas Mendadak

Setelah menikmati kebebasan waktu selama liburan, kembali ke rutinitas kerja yang padat bisa sangat menantang. Selama liburan, karyawan dapat bangun siang, melakukan aktivitas yang menyenangkan, dan tidak terikat pada jadwal yang ketat. Namun, begitu kembali bekerja, mereka harus menyesuaikan diri lagi dengan jam kerja yang ketat, rapat yang padat, dan tenggat waktu yang harus dipenuhi. Contoh: Jika seseorang terbiasa bangun pada jam 10 pagi saat liburan, kembali bangun pukul 7 pagi dan mulai bekerja bisa terasa sangat berat. Alasan: Perubahan yang tiba-tiba dan drastis pada rutinitas bisa membuat tubuh dan pikiran merasa tidak siap, yang mengarah pada stres dan perasaan cemas.

2. Tekanan Pekerjaan yang Menumpuk

Setelah liburan, banyak tugas yang menumpuk dan menunggu untuk diselesaikan, yang bisa menciptakan tekanan besar. Pekerjaan yang terabaikan selama liburan harus segera diselesaikan, dan ini bisa membuat karyawan merasa tertekan. Contoh: Seseorang yang meninggalkan laporan besar yang harus diselesaikan setelah liburan bisa merasa kewalahan ketika kembali ke meja kerjanya dan melihat banyak email dan tugas menumpuk. Alasan: Banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan setelah liburan dapat meningkatkan stres, membuat karyawan merasa terdesak dan kehabisan waktu.

3. Perasaan Kehilangan Momen Menyenangkan

Liburan biasanya adalah waktu yang penuh kebahagiaan, istirahat, dan kebersamaan. Ketika kembali ke rutinitas kerja yang sering kali lebih monoton, karyawan mungkin merasa kehilangan kegembiraan yang mereka rasakan selama liburan. Contoh: Jika seseorang menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman selama liburan, kembali bekerja bisa membuat mereka merasa sepi dan tidak terhubung dengan kebahagiaan liburan. Alasan: Kehilangan momen yang menyenangkan selama liburan dapat menciptakan perasaan melankolis dan membuat seseorang merasa tertekan saat kembali ke pekerjaan yang penuh tuntutan.

4. Kurangnya Persiapan Mental

Tidak mempersiapkan diri secara mental untuk kembali bekerja setelah liburan bisa memperparah kondisi Post-Holiday Blues. Tanpa persiapan mental, karyawan mungkin merasa terkejut atau bahkan bingung ketika mereka harus kembali ke pekerjaan setelah menikmati waktu bebas selama liburan. Contoh: Jika seorang karyawan tidak membuat rencana untuk mengatasi pekerjaan yang menumpuk setelah liburan, mereka mungkin merasa bingung dan tertekan begitu kembali ke kantor. Alasan: Tanpa persiapan mental yang cukup, karyawan mungkin kesulitan menyesuaikan diri kembali dengan tanggung jawab dan tugas mereka, yang memperburuk perasaan cemas dan stres.

Baca juga : 6 Negara yang Menerapkan Kebijakan Empat Hari Kerja Sepekan

Cara Mengatasi Post-Holiday Blues

1. Buat Transisi yang Halus

Untuk mengurangi stres yang muncul akibat perubahan rutinitas, mulailah hari pertama dengan tugas-tugas ringan dan hindari jadwal meeting yang padat. Contoh: Alih-alih langsung mengadakan pertemuan penting, mulailah dengan memeriksa email atau menyusun agenda kerja. Alasan: Memberikan waktu bagi karyawan untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan secara perlahan dapat membantu mereka mengatasi perasaan terkejut atau kewalahan yang sering terjadi setelah liburan.

2. Tetapkan Tujuan Kecil

Membuat daftar tugas prioritas dan menyelesaikan satu per satu dapat membantu karyawan merasa lebih terorganisir dan mengurangi perasaan kewalahan. Contoh: Alih-alih menanggapi semua email sekaligus, fokuslah pada satu proyek atau tugas kecil terlebih dahulu, seperti menyelesaikan laporan atau rapat singkat. Alasan: Menyelesaikan tugas kecil secara bertahap memberikan rasa pencapaian yang bisa memotivasi karyawan untuk terus bekerja dengan lebih produktif.

3. Jaga Pola Hidup Sehat

Mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga ringan bisa membantu karyawan mendapatkan kembali energi mereka setelah liburan. Contoh: Menyediakan pilihan makanan sehat di kantor, mengatur waktu untuk olahraga pagi, atau mengajak karyawan berpartisipasi dalam kelas yoga di kantor. Alasan: Pola hidup yang sehat tidak hanya mendukung kebugaran fisik tetapi juga meningkatkan mood dan produktivitas, mengurangi kecemasan dan stres yang sering dirasakan setelah liburan.

4. Ciptakan Suasana Kerja yang Menyenangkan

Menambahkan sentuhan suasana yang menyenangkan di kantor bisa membantu karyawan merasa lebih nyaman dan menikmati kembali rutinitas kerja mereka. Contoh: Dekorasi meja kerja dengan tema liburan atau mengadakan makan siang bersama untuk berbagi cerita liburan. Alasan: Suasana kerja yang menyenangkan dapat meringankan stres dan memperkuat hubungan sosial di tempat kerja, yang membantu karyawan merasa lebih terhubung dan didukung.

5. Berikan Waktu untuk Diri Sendiri

Setelah kembali bekerja, penting untuk memberikan waktu bagi diri sendiri untuk beristirahat atau menikmati hobi di luar pekerjaan. Contoh: Mengatur waktu setelah kerja untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti berolahraga, membaca, atau bertemu teman. Alasan: Memberikan waktu untuk diri sendiri membantu karyawan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik mereka.

Dengan memahami penyebab Post-Holiday Blues dan menerapkan cara-cara mengatasinya, karyawan dapat kembali bekerja dengan semangat dan produktivitas yang lebih tinggi setelah liburan. Mengelola transisi dengan hati-hati dan memberi perhatian pada kesejahteraan karyawan akan memastikan mereka merasa lebih siap dan lebih bahagia dalam menjalani pekerjaan setelah liburan.

Baca juga : Tren Budaya Perusahaan Setelah Pandemi

Strategi HR dalam Menangani Post-Holiday Blues

1. Adakan Welcome Back Session

Salah satu cara yang efektif untuk membantu karyawan beradaptasi kembali setelah libur panjang adalah dengan mengadakan Welcome Back Session. Sesi ini memberikan waktu bagi karyawan untuk berbagi pengalaman liburan mereka, sehingga mereka bisa saling mengenal lebih dekat dan mempererat hubungan antar tim. Ini juga memberi kesempatan untuk melepaskan perasaan setelah liburan, sehingga mereka bisa kembali fokus pada pekerjaan.

Contoh: Mengadakan sesi santai di ruang istirahat atau ruang rapat kecil dengan menyediakan kopi atau teh, di mana karyawan bisa berbicara tentang pengalaman liburan mereka. Hal ini juga bisa melibatkan sesi singkat untuk berbagi kegiatan atau budaya yang mereka alami selama Lebaran.

Alasan: Momen ini dapat membantu mengurangi rasa canggung dan kecemasan yang mungkin timbul setelah liburan panjang, mencairkan suasana yang dapat meningkatkan rasa kebersamaan dalam tim. Ini juga memberi kesempatan kepada karyawan untuk merasa lebih didengar dan diterima, sehingga mereka lebih siap untuk kembali bekerja dengan semangat yang lebih baik.

2. Terapkan Workload yang Seimbang

Kembali bekerja setelah liburan bisa menjadi tantangan jika langsung dibebani dengan tugas-tugas berat. Oleh karena itu, penting bagi HR untuk memberikan beban kerja yang seimbang dan realistis pada hari pertama. Mulailah dengan tugas yang lebih ringan atau yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat agar karyawan tidak merasa terbebani.

Contoh: Jika karyawan biasanya menangani proyek besar atau tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi, hari pertama kerja bisa dimulai dengan menyelesaikan pekerjaan administratif ringan seperti memeriksa email, merapikan dokumen, atau membuat laporan singkat.

Alasan: Memberikan tugas yang ringan membantu karyawan beradaptasi kembali dengan rutinitas kerja tanpa merasa stres atau tertekan. Ini juga menghindari rasa kewalahan yang bisa memperburuk kondisi Post-Holiday Blues dan membantu mereka membangun momentum yang positif saat kembali bekerja.

3. Berikan Apresiasi

Setelah kembali dari liburan, karyawan mungkin merasa sedikit lelah atau kehilangan semangat. Oleh karena itu, penting bagi HR untuk memberikan apresiasi atas kerja keras karyawan. Hal ini bisa berupa ucapan terima kasih yang tulus atau memberikan hadiah kecil sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka.

Contoh: Memberikan ucapan terima kasih melalui email atau pesan pribadi, atau memberikan voucher makan siang, tiket bioskop, atau hadiah kecil lainnya yang bisa meningkatkan rasa dihargai karyawan.

Alasan: Apresiasi yang diberikan bisa sangat meningkatkan motivasi karyawan untuk kembali bekerja dengan semangat. Ketika karyawan merasa dihargai, mereka lebih cenderung untuk kembali bekerja dengan rasa tanggung jawab yang lebih besar dan lebih berkomitmen untuk menyelesaikan tugas mereka.

4. Sediakan Fasilitas Konseling

Beberapa karyawan mungkin mengalami kesulitan lebih dalam beradaptasi setelah liburan, terutama bagi mereka yang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan. Dalam hal ini, menyediakan fasilitas konseling bisa sangat membantu. HR dapat bekerja sama dengan psikolog atau konselor untuk menyediakan layanan ini bagi karyawan yang membutuhkan dukungan emosional lebih lanjut.

Contoh: Menyediakan sesi konseling atau workshop tentang stres setelah liburan, atau memberikan akses kepada psikolog untuk konsultasi bagi karyawan yang merasa cemas atau tertekan akibat Post-Holiday Blues.

Alasan: Fasilitas konseling memberikan karyawan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi perasaan stres atau kecemasan yang lebih serius. Ini juga membantu mencegah kondisi ini memengaruhi kinerja mereka dalam jangka panjang. Dengan memberikan dukungan emosional yang tepat, HR menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap kesejahteraan mental karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas dan semangat kerja mereka.

 Baca juga : Strategi Integrasi Nilai Perusahaan dalam Onboarding untuk Kinerja Optimal Karyawan di Perusahaan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Post-Holiday Blues

Beberapa faktor dapat memengaruhi munculnya Post-Holiday Blues. Pertama, durasi liburan yang terlalu panjang bisa membuat transisi kembali bekerja terasa lebih berat. Kedua, lingkungan kerja yang tidak nyaman atau toxic dapat memperburuk kondisi ini. Ketiga, kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja atau atasan bisa membuat karyawan merasa terisolasi. Terakhir, kesehatan mental juga berperan penting, di mana karyawan dengan riwayat stres atau kecemasan lebih rentan mengalami Post-Holiday Blues. Memahami faktor-faktor ini membantu HR mengambil langkah pencegahan yang tepat.

Baca juga : Strategi Efektif Membuat HR Roadmap untuk Tahun 2025

Kesimpulan

Post-Holiday Blues adalah fenomena umum yang bisa dialami siapa saja setelah liburan. Namun, dengan pemahaman yang baik dan strategi yang tepat, HR bisa membantu karyawan mengatasi kondisi ini dan kembali produktif. Yuk, ciptakan lingkungan kerja yang suportif dan penuh empati untuk tim Anda. Dengan memahami dan mengatasi Post-Holiday Blues, HR bisa memastikan karyawan kembali bersemangat dan produktif setelah liburan. Selamat mencoba!

Post Holiday Blues

FAQ: Post-Holiday Blues

  1. Apa itu Post-Holiday Blues?
    Post-Holiday Blues adalah kondisi psikologis yang menyebabkan stres, penurunan motivasi, dan kesulitan beradaptasi setelah kembali bekerja setelah liburan.

  2. Apa saja penyebab Post-Holiday Blues?

    • Perubahan rutinitas mendadak: Kembali ke jadwal kerja yang ketat setelah liburan.
    • Tekanan pekerjaan yang menumpuk: Tugas-tugas yang harus segera diselesaikan setelah liburan.
    • Perasaan kehilangan momen menyenangkan: Rasa kehilangan kegembiraan setelah liburan.
    • Kurangnya persiapan mental: Tidak mempersiapkan diri untuk kembali bekerja setelah liburan.
  3. Bagaimana cara mengatasi Post-Holiday Blues?

    • Buat transisi yang halus: Mulai dengan tugas ringan.
    • Tetapkan tujuan kecil: Fokus pada tugas kecil untuk mengurangi perasaan kewalahan.
    • Jaga pola hidup sehat: Konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga.
    • Ciptakan suasana kerja yang menyenangkan: Berikan sentuhan dekorasi atau acara santai.
    • Berikan waktu untuk diri sendiri: Luangkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan di luar pekerjaan.

  4. Apa peran HR dalam membantu karyawan mengatasi Post-Holiday Blues?

    • Adakan Welcome Back Session: Fasilitasi sesi berbagi pengalaman liburan.
    • Terapkan workload yang seimbang: Berikan tugas ringan di awal kembali bekerja.
    • Berikan apresiasi: Ucapkan terima kasih dan berikan penghargaan kepada karyawan.
    • Sediakan fasilitas konseling: Bantu karyawan yang membutuhkan dukungan emosional lebih lanjut.

  5. Apa faktor-faktor yang memengaruhi Post-Holiday Blues?
    Durasi liburan yang panjang, lingkungan kerja yang tidak nyaman, kurangnya dukungan sosial, dan kondisi kesehatan mental karyawan dapat memengaruhi tingkat keparahan Post-Holiday Blues.

 

Referensi

Proxsis Group. (2023). Design Thinking Training. HR Proxsis Group.
Dapat diakses di: https://hr.proxsisgroup.com/soft-skill/design-thinking-training/

Psychology Today. (2023). Understanding Post-Holiday Blues. Psychology Today.
Dapat diakses di: https://www.psychologytoday.com/post-holiday-blues

Harvard Business Review. (2023). How to Help Employees Transition Back to Work After Holidays. HBR. Dapat diakses di: https://hbr.org/transition-after-holidays

Forbes. (2023). Managing Post-Holiday Blues in the Workplace. Forbes HR.
Dapat diakses di: https://www.forbes.com/post-holiday-blues-workplace

 

 

Rate this post
Bagikan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.