Pemanfaatan Metode Experiential Learning dalam Pelatihan

5 Menit Membaca
Pemanfaatan Metode Experiential Learning dalam Pelatihan

Pendekatan pembelajaran yang dikenal sebagai Experiential Learning telah menjadi fokus utama dalam dunia pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Seiring dengan perubahan dinamis dalam lingkungan bisnis dan tuntutan akan keterampilan yang relevan, metode ini menonjol sebagai cara yang efektif untuk membentuk karyawan.

Experiential Learning, yang menempatkan pengalaman praktis di pusat pembelajaran, memberikan peserta kesempatan untuk tidak hanya memahami konsep-konsep secara mendalam tetapi juga menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks pekerjaan sehari-hari. Dalam artikel ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang sejarah, tahapan, dan manfaat Experiential Learning dalam meningkatkan kemampuan dan keterlibatan karyawan.

Experiential Learning

Experiential learning, atau pembelajaran berbasis pengalaman, merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan penekanan pada pengalaman langsung sebagai sumber utama pembelajaran. Konsep ini berakar pada gagasan bahwa individu lebih baik memahami dan mengingat informasi ketika mereka terlibat secara aktif dalam suatu pengalaman. Proses ini melibatkan siklus yang melibatkan pengalaman konkret, refleksi, abstraksi konsep, dan penerapan praktis.

Pertama, individu terlibat dalam pengalaman langsung, seperti melakukan eksperimen, berpartisipasi dalam proyek, atau menghadiri simulasi. Kemudian, melalui refleksi, mereka mengkaji pengalaman tersebut, mempertimbangkan apa yang telah mereka pelajari, dan mengidentifikasi pola-pola serta pengertian baru. Setelah itu, konsep dan prinsip yang muncul dari pengalaman tersebut diabstraksi, artinya dihubungkan dengan teori atau pengetahuan yang lebih luas. Terakhir, individu menerapkan pemahaman mereka ke dalam situasi praktis, menguji aplikasi konsep-konsep yang baru dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Experiential learning efektif karena melibatkan proses belajar yang holistik dan interaktif, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang dapat diterapkan dengan lebih baik dalam kehidupan nyata. Pendekatan ini sering digunakan dalam berbagai konteks pendidikan dan pelatihan untuk mempromosikan pembelajaran yang berarti dan berkelanjutan.

Baca juga : Panduan Penyusunan Deskripsi Jabatan berbasis Data Analisis Beban Kerja

Sejarah dan Perkembangan Experiential Learning

Experiential Learning, sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung, memiliki akar sejarah yang bervariasi dan melibatkan sejumlah pemikir kunci. John Dewey, pada awal abad ke-20, menjadi salah satu pelopor utama dengan pandangannya bahwa pembelajaran adalah proses aktif yang melibatkan interaksi langsung dengan lingkungan. Dia mendorong refleksi dan tindakan sebagai elemen integral dari pembelajaran yang efektif.

Jean Piaget, seorang psikolog kognitif, memberikan kontribusi signifikan dengan fokus pada perkembangan kognitif individu. Pemikirannya memainkan peran penting dalam memahami bagaimana orang memproses informasi dan bagaimana pendekatan pembelajaran seharusnya memperhitungkan tahap perkembangan kognitif.

Kurt Lewin membawa konsep pemahaman sosial dan teori lapangan ke pemikiran Experiential Learning. Model aksi-refleksi-aksi yang diusulkannya menggambarkan pembelajaran sebagai suatu proses yang iteratif, melibatkan tindakan, evaluasi, dan perubahan.

Pada tahun 1984, David A. Kolb mengembangkan model Experiential Learning yang menjadi dasar bagi banyak pendekatan saat ini. Modelnya menyoroti siklus pembelajaran yang terdiri dari empat tahap: Concrete Experience, Reflective Observation, Abstract Conceptualization, dan Active Experimentation. Pendekatan ini menekankan perlunya proses refleksi kontinu dan aplikasi praktis dalam pembelajaran.

Donald Schön, dengan konsep “reflection-in-action” dan “reflection-on-action,” menekankan pentingnya refleksi sepanjang tindakan dan setelah tindakan. Ide-idenya mendukung pemikiran bahwa pembelajaran adalah suatu proses dinamis yang melibatkan perasaan, refleksi, dan adaptasi.

Seiring waktu, Experiential Learning terus berkembang dan menjadi integral dalam berbagai konteks pendidikan, pelatihan, dan pengembangan organisasi. Pendekatan ini menawarkan cara yang lebih kontekstual dan interaktif untuk memahami, menginternalisasi, dan menerapkan pengetahuan.

Baca juga : Menjadi Trainer Profesional: 10 Skill Trainer yang Harus Anda Kuasai

Konsultan HR dari Proxsis HR

Tahapan Experiential Learning 

Experiential Learning, dikembangkan oleh David A. Kolb, melibatkan empat tahap utama yang membentuk siklus pembelajaran berbasis pengalaman. 

  1. Concrete Experience (Pengalaman Konkret): Proses dimulai dengan pengalaman langsung atau aktivitas praktis. Ini bisa berupa pengalaman nyata, simulasi, atau eksperimen. Individu terlibat secara langsung dalam situasi atau tugas tertentu.
  2. Reflective Observation (Pemantauan Reflektif):  Setelah mengalami sesuatu, individu memeriksa dan merefleksikan pengalaman tersebut. Mereka mempertimbangkan detail-detail, perasaan, dan reaksi mereka terhadap situasi tersebut. Fase ini mendorong introspeksi dan pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek yang terlibat.
  3. Abstract Conceptualization (Konseptualisasi Abstrak): Pada tahap ini, individu mencoba mengembangkan pemahaman konseptual atau teoritis dari pengalaman mereka. Mereka mengidentifikasi pola, merumuskan konsep-konsep, dan mengaitkan pengalaman konkret dengan teori atau pengetahuan yang sudah ada. Ini membantu membentuk pemahaman konseptual yang lebih luas.
  4. Active Experimentation (Eksperimen Aktif): Tahap terakhir melibatkan penerapan pemahaman baru dalam situasi praktis atau eksperimen baru. Individu menggunakan pemahaman yang mereka raih untuk mengambil tindakan konkret. Proses ini menciptakan lingkaran kembali ke tahap pertama, di mana individu terlibat dalam pengalaman baru.

Siklus ini bersifat siklik, dan setiap tahap saling terkait. Individu dapat memasuki siklus di tahap mana pun terlebih dahulu, dan proses refleksi dan aksi berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan Experiential Learning. Pendekatan ini diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman yang mendalam, pengembangan keterampilan, dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan nyata.

Baca juga : Apa yang Diuji dalam Psikotes Kerja? Memahami Jenis-jenisnya

Manfaat penerapan experiential learning bagi perusahaan

Penerapan Experiential Learning dalam konteks perusahaan dapat memberikan sejumlah manfaat yang signifikan:

  1. Peningkatan Keterampilan Karyawan: Melibatkan karyawan dalam pengalaman langsung memungkinkan mereka mengembangkan dan memperkuat keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan mereka. Ini termasuk keterampilan praktis, kepemimpinan, komunikasi tim, dan pemecahan masalah.
  2. Peningkatan Pemahaman Kontekstual: Karyawan dapat lebih baik memahami konteks bisnis dan industri melalui pengalaman langsung. Hal ini membantu mereka mengaitkan teori dengan realitas operasional perusahaan.
  3. Peningkatan Retensi Informasi: Pembelajaran berbasis pengalaman cenderung meningkatkan retensi informasi. Karyawan yang terlibat dalam pengalaman langsung memiliki kecenderungan lebih baik untuk mengingat dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh.
  4. Pengembangan Tim yang Kuat: Kegiatan Experiential Learning seringkali melibatkan kolaborasi tim. Ini dapat memperkuat hubungan antar karyawan, membangun kepercayaan, dan meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.
  5. Inovasi dan Pemecahan Masalah: Melibatkan karyawan dalam eksperimen dan proyek praktis mendorong kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Ini dapat merangsang inovasi dan membantu perusahaan mengatasi tantangan yang kompleks.
  6. Peningkatan Keterlibatan Karyawan: Karyawan yang merasa terlibat dalam proses pembelajaran dan pengembangan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk merasa terlibat secara umum dalam pekerjaan mereka. Ini dapat meningkatkan keterlibatan dan kepuasan kerja.
  7. Penyesuaian Terhadap Perubahan: Dengan terlibat dalam pengalaman langsung, karyawan dapat lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan bisnis atau industri. Mereka memiliki pengalaman praktis yang membantu mereka menjadi lebih fleksibel.

Penerapan Experiential Learning memberikan pendekatan yang praktis dan kontekstual dalam pengembangan karyawan, yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan bisnisnya sambil meningkatkan keterampilan dan keterlibatan karyawan.

Baca juga : Pensiun yang Nyaman: 8 Strategi untuk Mewujudkan Impian ‘Golden Future’

Manfaat Metode Experiential Learning dalam Pelatihan

Pemanfaatan metode Experiential Learning dalam pelatihan telah menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan keterlibatan peserta. Dengan mendekatkan teori dengan pengalaman praktis, metode ini dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih mendalam dan berkesan.

Salah satu pemanfaatan utama adalah peningkatan keterampilan praktis. Melibatkan peserta dalam situasi nyata atau simulasi memungkinkan mereka untuk mengasah keterampilan yang spesifik untuk pekerjaan mereka. Contohnya, melalui permainan peran atau proyek simulasi, karyawan dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan pemecahan masalah yang langsung dapat diterapkan di lingkungan kerja.

Selain itu, Experiential Learning efektif dalam memfasilitasi pembelajaran kolaboratif. Aktivitas kelompok atau proyek tim mendorong kerjasama dan komunikasi efektif. Karyawan dapat belajar satu sama lain melalui pengalaman langsung, memperkuat ikatan tim, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.

Pemanfaatan metode ini juga dapat meningkatkan keterlibatan peserta. Dengan memasukkan unsur-unsur aktivitas praktis, pelatihan menjadi lebih menarik dan relevan bagi peserta. Mereka memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif, meningkatkan motivasi dan keinginan untuk belajar.

Experiential Learning juga efektif dalam memfasilitasi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Peserta dihadapkan pada tantangan nyata dan harus mengembangkan solusi praktis. Ini membantu meningkatkan kemampuan peserta dalam menghadapi masalah di dunia nyata dengan kreativitas dan keberanian.

Dengan menerapkan Experiential Learning dalam pelatihan, perusahaan dapat memastikan bahwa karyawan tidak hanya memahami konsep-konsep teoritis tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam konteks pekerjaan mereka. Ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang berkelanjutan dan mendukung pengembangan berkelanjutan karyawan.

Kesimpulan 

Penerapan metode Experiential Learning dalam pelatihan menonjol sebagai pendekatan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman karyawan. Dengan menekankan pengalaman langsung, refleksi, dan aksi, metode ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang berfokus pada aplikasi praktis, memberikan peserta kesempatan untuk mengasah keterampilan yang relevan dengan pekerjaan mereka. 

Lebih dari sekadar transfer konsep teoritis, Experiential Learning merangsang pemecahan masalah dan kreativitas, membekali peserta dengan kemampuan untuk menghadapi tantangan di lingkungan kerja nyata. Dengan demikian, penerapan metode Experiential Learning tidak hanya memberikan manfaat segera dalam pelatihan tetapi juga membentuk dasar untuk pengembangan karyawan yang berkelanjutan, mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara efektif melalui penguatan keterampilan dan keterlibatan karyawan.

ISO 30414:2018

Konsepsi Human Capital (HC) mencakup pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kumulatif dari SDM, di mana hal ini sangat berdampak terhadap keunggulan kompetitif suatu organisasi.

5/5 - (1 vote)
Bagikan artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.