Perusahaan berperan penting untuk melindungi kesehatan karyawan sekaligus memastikan operasional bisnis agar tetap berjalan lancar. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan employee wellbeing atau kesejahteraan karyawan.
Penerapannya merupakan bentuk penghargaan kepada aset (karyawan) serta berkontribusi untuk mendukung kehidupan karyawan lebih bahagia. Ditambah kesejahteraan karyawan adalah faktor penentu untuk menentukan efektivitas organisasi jangka panjang.
Lalu apa yang dimaksud dengan employee wellbeing? Simak penjelasan berikut untuk mengetahui lebih jelas.
A. Definisi Employee Wellbeing
Employee wellbeing atau kesejahteraan karyawan adalah proses memahami kondisi karyawan dari perspektif holistik mulai dari kesehatan fisik, kognisi, mental, serta lingkungan kerja, yang berpengaruh terhadap kesehatan dan kebahagiaan mereka secara keseluruhan.
International Labour Organization (ILO) menyebutkan employee wellbeing adalah faktor kunci untuk menentukan efektivitas organisasi dalam jangka panjang. Banyak penelitian menunjukkan hubungan langsung antara tingkat produktivitas dengan kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja.
Baca juga: Fenomena Zeigarnik Effect: Dihantui Pekerjaan yang Belum Selesai
B. Manfaat Employee Wellbeing
Karyawan bukan hanya sekadar pekerja yang melakukan tugas sehari-hari. Namun, mereka juga aset sekaligus investasi perusahaan. Sebagaimana layaknya investasi, karyawan mampu mendatangkan keuntungan kepada perusahaan.
Berikut manfaat bagi perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan karyawan, yaitu:
- Karyawan mampu mengembangkan potensi dirinya.
- Karyawan dapat mengatasi stres dengan cara lebih baik.
- Karyawan menjadi lebih produktif dan kreatif.
- Karyawan punya hubungan positif dengan sesama karyawan.
- Berkontribusi kepada perusahaan.
Perusahaan yang berinvestasi pada employee wellbeing tentu akan meningkatkan ketahanan, keterlibatan karyawan lebih baik, mengurangi ketidakhadiran karena sakit, serta kinerja dan produktivitas lebih tinggi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Employee Wellbeing
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi employee wellbeing, yaitu faktor karyawan itu sendiri dan faktor perusahaan atau kondisi pekerjaan.
Faktor dari karyawan:
- Karakteristik individu.
- Kondisi keluarga.
- Lingkungan rumah.
Faktor dari perusahaan atau pekerjaan:
- Beban kerja (tanggung jawab, kendali, berbagi tugas, dan lainnya).
- Gaya kepemimpinan.
- Budaya organisasi.
- Pelatihan dan dukungan.
- Kebijakan manajemen (promosi jabatan, ketegasan peraturan, transparansi penilaian kinerja, dan lainnya).
D. Pilar Employee Wellbeing
Secara umum employee wellbeing memiliki lima pilar, yakni fisik, mental, keuangan, sosial, dan rekreasi. Namun, sebuah perusahaan tak harus menerapkan kelimanya. Penerapannya dilakukan dengan pertimbangan kebutuhan karyawan.
Berikut pilar employe wellbeing:
1. Physical Wellbeing
Seorang karyawan harus berupaya agar fisik atau tubuhnya dalam kondisi sehat. Caranya bisa dengan olahraga rutin, mengkonsumsi makanan gizi seimbang, mengelola stress, istirahat cukup, dan menghindari konsumsi alkohol serta rokok.
Terkait dengan employee wellbeing, perusahaan bisa memfasilitasi karyawan untuk menjaga kesejahteraan fisik. Contohnya menyediakan alat kebugaran dan fasilitas olahraga sederhana. Bisa juga dengan melakukan pengecekan kesehatan sekali setahun.
2. Mental Wellbeing
Kondisi mental sangat berpengaruh terhadap fisik, begitu juga sebaliknya. Kesehatan mental termasuk komponen kunci dari kesejahteraan secara holistik. Meskipun tak sedikit yang mengesampingkan kesehatan mental.
Perusahaan bisa memberikan mental wellbeing berupa layanan psikologi, waktu kerja yang fleksibel, mengadakan mindfulness workshop, atau memberi kesempatan cuti. Dengan demikian, karyawan mendapatkan apresiasi dan bahagia saat bekerja. Karyawan yang bahagia tentu akan memiliki produktivitas tinggi ketika bekerja.
3. Financial Wellbeing
Kondisi finansial penting untuk penopang kesejahteraan seorang karyawan. Oleh karena itu, perusahaan mesti memberikan dukungan terhadap financial wellbeing para karyawannya.
Program financial wellbeing, bisa dilakukan dengan memberikan asuransi jiwa, mengadakan kelas pengelolaan keuangan secara rutin, menawarkan program pensiun, atau workshop persiapan pensiun.
Alhasil, nantinya mereka memiliki ketenangan pikiran tentang kondisi keuangan, memahami berbagai macam instrumen investasi, hingga mampu menghindari atau mengelola kredit dengan baik.
4. Social Wellbeing
Social wellbeing atau community wellbeing menjadi sangat penting terutama bagi karyawan yang hidup sendiri, jauh dari keluarga, dan lokasi kerja terpencil. Perusahaan yang mendukung social wellbeing karyawannya, berarti telah membantu kesejahteraan individu lebih baik lagi.
Begitu juga sebaliknya, kesejahteraan masing-masing pekerja sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial (komunitas atau perusahaan). Jangan sampai para karyawan lelah, stress, dan frustasi.
Tim HR dan manajemen harus memiliki program terkait pilar social wellbeing. Seperti memberikan pujian atas kinerja mereka. Dengan cara tersebut karyawan yang hidup sendiri merasa dihargai dan terlibat dalam pencapaian perusahaan. Hal tersebut akan memotivasinya untuk bekerja lebih baik.
5. Leisure Wellbeing
Leisure wellbeing atau lifestyle wellbeing berarti melakukan kegiatan rekreasi dan aktivitas menyenangkan. Sebab melakukan hal-hal menyenangkan sangat penting bagi kesehatan. Aktivitas menyenangkan (hobi) adalah bagian dari gaya hidup yang penting dan layak dipertahankan.
Para karyawan wajib memiliki aktivitas tersebut jika ingin menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Perusahaan bisa memberikan dukungan leisure wellbeing kepada karyawan. Contohnya memberikan ruang kepada para karyawan untuk menyalurkan hobi bersepeda atau membentuk komunitas action figure.
E. Langkah Penerapan Employee Wellbeing
Manajemen perusahaan memerlukan waktu untuk merealisasikan employee wellbeing. Untuk menyelaraskan program employee wellbeing dengan karyawan, berikut adalah langkah penerapannya:
1. Melakukan Survei
Tim HR dapat mengadakan survei terlebih dahulu untuk memahami kebutuhan, kekhawatiran, hingga keterampilan para karyawan. Pada akhirnya, program akan berguna dan memberikan dampak bagi karyawan.
2. Merancang Program
Menggunakan hasil survei untuk merancang program bagi karyawan. Contohnya, jika karyawan merasa kesepian, lelah, dan stress, bisa buat program dari pilar mental wellbeing dan social wellbeing. Tujuannya agar karyawan bisa memahami kondisi dan mendapatkan dukungan dari rekan kerja.
Lalu sebarkan program-program yang telah dibuat kepada seluruh karyawan melalui email, grup instant messaging, atau media komunikasi lainnya. Jelaskan juga manfaat mengikuti program tersebut. Hal itu membantu mereka dalam memilih program sesuai kebutuhan.
3. Mendorong Keterlibatan Karyawan
Saat karyawan telah mengikuti program, tanyakan pendapat mereka. Seperti bagaimana proses, apa kelebihan dan kekurangan, dan masukan terhadap program tersebut.
Jika karyawan memiliki ide dalam employee wellbeing, tak ada salahnya untuk mendiskusikannya dan membuat program baru. Melibatkan karyawan di setiap program merupakan bentuk penghargaan karyawan dan meningkatkan rasa memiliki terhadap pekerjaan maupun perusahaan.
4. Evaluasi Program
Lakukan evaluasi setelah program selesai. Mulai dari review peserta, mentor atau pelatih, hingga administratif. Hal itu membantu tim HR untuk mengembangkan program employee wellbeing lebih baik lagi kedepannya.
Itulah penjelasan seputar employee wellbeing dan pentingnya bagi keberlangsungan perusahaan. Menerapkan employee wellbeing, perusahaan akan memperoleh karyawan yang sehat secara fisik dan psikis.
Alhasil produktivitas karyawan meningkat, kesejahteraan dan kesehatan mereka semakin baik, menurunkan klaim kesehatan, serta reputasi perusahaan kian berkembang lebih baik secara berkelanjutan.
Employee wellbeing juga perlu diwujudkan dengan membangun budaya pada organisasi atau disebut dengan Corporate Culture. Bagi Anda yang ingin mengetahui tentang Corporate Culture silahkan baca disini atau hubungi kami di Hello Expert. Proxsis HR siap melayani dan berkolaborasi.
Inquiry
News & Article
- Strategi Manajemen Talenta untuk HR Profesional: Mengidentifikasi dan Mengembangkan Bakat
- HR Sebagai Penggerak Inovasi: Mendukung Tujuan Bisnis melalui Kreativitas SDM
- Bagaimana Berkomunikasi dengan Dampak yang Maksimal dalam Presentasi
- Menemukan Kebebasan Finansial: Peluang Bisnis Menarik untuk Pensiun Dini
- Asesmen Kompetensi untuk Identifikasi Potensi Leader Masa Depan
Latest Events
- Badan Pusat Statistik – Emerging Leader Development Program
- BPJS Ketenagakerjaan – Change Your Selftalk, Change Your Life
- Employee Development Program – PT Waskita Toll Road Kolaborasi dengan Proxsis HR
- Proxsis HR Professional Community – Monthly Meetup Ep. 26 Leading with Adaptability: Embracing Learning Agility as a Future Leader
- PT PGAS Telekomunikasi Nusantara – Design Thinking for Innovation and Continuous Improvement