Proses rekrutmen bukan hanya tentang mencari orang yang memenuhi kualifikasi teknis, tapi juga memastikan mereka cocok dengan budaya perusahaan dan mampu bekerja sama dengan tim. Di sinilah alat seperti MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) sering digunakan. Tes ini membantu perusahaan memahami kepribadian kandidat, seperti cara mereka berkomunikasi, bekerja di bawah tekanan, hingga bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain.
Namun, apakah MBTI benar-benar bisa memberikan gambaran yang lengkap tentang seorang kandidat? Dan bagaimana cara terbaik menggunakannya dalam proses rekrutmen? Artikel ini akan membahas secara lengkap manfaat, keterbatasan, hingga cara memadukan MBTI dengan alat asesmen lainnya agar perusahaan bisa membuat keputusan rekrutmen yang lebih baik.
Apa Itu Tes MBTI?
MBTI, atau Myers-Briggs Type Indicator, adalah tes kepribadian yang dirancang untuk membantu kita mengenal diri sendiri lebih dalam. Tes ini dibuat oleh Isabel Briggs Myers dan Katherine Cook Briggs berdasarkan teori psikologi Carl Gustav Jung. Tujuan utamanya adalah memahami bagaimana kita berpikir, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Tes ini sering digunakan untuk pengembangan diri, membangun hubungan yang lebih baik, dan bahkan untuk mendukung rekrutmen di dunia kerja. Dengan MBTI, kita bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana kepribadian kita “bekerja”.
Bagaimana MBTI Membagi Kepribadian Kita?
MBTI mengelompokkan kepribadian ke dalam 16 tipe unik yang berasal dari kombinasi empat dimensi utama. Setiap dimensi menggambarkan cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Berikut penjelasannya:
- Ekstrovert (E) vs. Introvert (I)
- Ekstrovert: Lebih suka berinteraksi dengan banyak orang dan mendapatkan energi dari aktivitas sosial.
- Introvert: Lebih nyaman dengan waktu sendiri dan cenderung merenung untuk mengisi ulang energi.
- Sensing (S) vs. Intuition (N)
- Sensing: Fokus pada fakta, detail, dan hal-hal yang nyata di depan mata.
- Intuition: Lebih suka melihat gambaran besar, memikirkan kemungkinan, dan mempercayai insting.
- Thinking (T) vs. Feeling (F)
- Thinking: Membuat keputusan berdasarkan logika dan fakta.
- Feeling: Lebih mempertimbangkan perasaan dan dampak emosional pada orang lain saat mengambil keputusan.
- Judging (J) vs. Perceiving (P)
- Judging: Suka teratur, terencana, dan lebih nyaman dengan rutinitas.
- Perceiving: Lebih fleksibel, spontan, dan terbuka terhadap hal-hal baru.
Kombinasi dari keempat dimensi ini menghasilkan 16 tipe kepribadian, seperti ISTJ, ENFP, INFJ, dan sebagainya. Setiap tipe punya ciri khasnya masing-masing, yang bikin seru untuk dikenali!
Untuk Apa Tes MBTI Digunakan?
Tes MBTI punya banyak manfaat, lho, terutama untuk membantu kita:
- Mengenali diri sendiri: Dengan tes ini, kita bisa lebih memahami kelebihan dan kekurangan, serta bagaimana cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar.
- Berhubungan lebih baik dengan orang lain: Kalau tahu tipe kepribadian orang lain, kita bisa lebih mudah memahami cara mereka berpikir dan bertindak.
- Menentukan karier yang cocok: Hasil tes MBTI sering dipakai untuk membantu menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian kita.
- Bekerja dalam tim: Tes ini juga dipakai di dunia kerja untuk menyusun tim yang harmonis dan produktif.
Jadi, dengan MBTI, kita nggak cuma mengenal diri sendiri, tapi juga bisa belajar lebih banyak tentang cara membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, baik di kehidupan pribadi maupun profesional.
MBTI itu seperti kunci untuk membuka pintu ke dunia kepribadian—membuat kita lebih paham bahwa setiap orang itu unik dan punya cara masing-masing untuk bersinar.
Baca juga : Kupas Tuntas Perundingan Bipartit: 12 Hal Penting yang Harus Diketahui Pekerja dan Pengusaha
Manfaat dan Fungsi Tes MBTI dalam Proses Rekrutmen
Tes MBTI nggak cuma bermanfaat buat mengenal diri sendiri, tapi juga sering dipakai di dunia kerja, terutama dalam proses rekrutmen. Tes ini membantu perusahaan memahami lebih dalam tentang calon karyawan mereka, sehingga bisa memilih orang yang tepat untuk posisi yang dibutuhkan. Yuk, kita bahas manfaatnya!
Membantu Menilai Kecocokan Kandidat dengan Posisi
Setiap pekerjaan punya tuntutan yang berbeda-beda, dan nggak semua orang cocok dengan semua jenis pekerjaan. Dengan tes MBTI, perusahaan bisa:
- Menyesuaikan tipe kepribadian dengan pekerjaan: Misalnya, tipe yang ekstrovert (E) biasanya cocok di posisi yang banyak berhubungan dengan orang, seperti sales atau customer service. Sementara tipe introvert (I) lebih cocok di posisi yang membutuhkan fokus, seperti analis data atau pengembang software.
- Mengurangi risiko salah pilih: Dengan memahami kepribadian kandidat, perusahaan bisa menghindari risiko memilih orang yang mungkin merasa nggak cocok dengan pekerjaannya.
Meningkatkan Kerjasama dan Harmoni dalam Tim
Tim yang solid adalah tim yang anggotanya saling melengkapi. MBTI bisa membantu perusahaan menyusun tim yang lebih harmonis, misalnya:
- Menempatkan orang sesuai perannya: Ada yang jago merencanakan (Judging/J), ada yang kreatif dan fleksibel (Perceiving/P). Kombinasi ini bikin tim lebih kuat dan seimbang.
- Mengurangi potensi konflik: Kalau sudah paham karakter masing-masing, anggota tim bisa lebih mudah bekerja sama tanpa salah paham.
Mengenal Soft Skills Kandidat
Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan empati, itu penting banget buat kerja. MBTI membantu HR memahami:
- Cara kandidat berkomunikasi: Apakah dia suka ngobrol langsung (ekstrovert) atau lebih nyaman dengan pendekatan yang tenang dan terstruktur (introvert).
- Gaya keputusan: Kandidat yang Thinking (T) biasanya lebih logis, sementara yang Feeling (F) lebih mempertimbangkan perasaan orang lain.
- Kebutuhan pengembangan diri: Dengan mengetahui tipe kepribadiannya, perusahaan bisa lebih mudah membantu kandidat mengembangkan soft skills yang mereka butuhkan.
Tes MBTI bisa jadi alat bantu yang seru dan bermanfaat buat memahami kepribadian kandidat. Tapi perlu diingat, hasil MBTI sebaiknya nggak dijadikan satu-satunya dasar keputusan. Kombinasikan juga dengan wawancara dan tes lainnya supaya hasilnya lebih akurat, ya!
Baca juga : 9 Hal Penting Tentang Balanced Scorecard untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Keterbatasan MBTI dalam Rekrutmen
Meskipun tes MBTI sering digunakan dalam proses rekrutmen, alat ini memiliki sejumlah keterbatasan yang perlu dipahami. Seperti alat asesmen lainnya, MBTI bukanlah solusi ajaib yang bisa menjamin keberhasilan dalam memilih kandidat. Yuk, kita bahas kenapa MBTI sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya alat dalam rekrutmen!
Validitas dan Reliabilitas MBTI Masih Diperdebatkan
Salah satu kritik utama terhadap MBTI adalah soal validitas dan reliabilitasnya:
- Validitas: Apakah MBTI benar-benar mengukur apa yang ingin diukur? Banyak ahli psikologi menganggap MBTI kurang mampu memberikan gambaran yang akurat tentang kepribadian seseorang.
- Reliabilitas: Hasil MBTI sering berubah jika seseorang mengulang tes setelah beberapa waktu. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah tes ini cukup konsisten untuk dijadikan dasar keputusan penting seperti rekrutmen?
Tidak Mewakili Kompleksitas Kepribadian
Kepribadian manusia sangat kompleks, dan banyak ahli merasa bahwa MBTI terlalu sederhana untuk menggambarkannya.
- Tipe yang “kaku”: MBTI membagi orang ke dalam 16 tipe kepribadian. Padahal, kepribadian manusia bersifat dinamis dan seringkali berada di antara dua ekstrem, seperti introvert dan ekstrovert.
- Tidak mempertimbangkan emosi atau motivasi: Tes ini tidak menggali lebih dalam tentang faktor emosional atau motivasi individu, yang juga penting dalam dunia kerja.
Sulit Menangkap Konteks Pekerjaan yang Dinamis
Dunia kerja tidak selalu berjalan sesuai teori, dan MBTI sering kali tidak mampu menangkap faktor-faktor penting seperti:
- Kemampuan adaptasi: MBTI memberikan gambaran tentang preferensi kepribadian, tapi tidak menilai seberapa fleksibel seseorang dalam menghadapi perubahan atau tantangan baru.
- Performa di lingkungan kerja nyata: Tes ini tidak mengukur keterampilan teknis atau pengalaman kerja, yang seringkali lebih relevan dalam konteks pekerjaan tertentu.
MBTI sebaiknya digunakan sebagai salah satu alat asesmen saja, bukan satu-satunya dasar dalam rekrutmen. Kombinasikan MBTI dengan alat lain seperti wawancara berbasis kompetensi, tes keterampilan, atau tes kepribadian lain yang lebih valid, seperti Big Five Personality Test, untuk mendapatkan gambaran kandidat yang lebih lengkap.
Dengan begitu, proses rekrutmen bisa lebih objektif, akurat, dan adil untuk semua pihak!
Baca juga : 9 Hal Penting yang Harus Diketahui Jika Ingin Berkarir Sebagai Recruiter
Kombinasi MBTI dengan Alat Asesmen Lain, Bagaimana Hasilnya?
Tes MBTI memang berguna untuk mengenali tipe kepribadian kandidat, tetapi agar hasil rekrutmen lebih akurat, penting untuk mengkombinasikannya dengan alat asesmen lain. Pendekatan ini membantu memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan dan potensi kandidat.
Pendekatan Multidimensional
Menggunakan MBTI saja tidak cukup karena setiap alat asesmen memiliki keterbatasannya masing-masing. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih lengkap, perusahaan dapat menggabungkan MBTI dengan:
- Big Five Personality Test: Tes ini lebih ilmiah dan mampu menggambarkan kepribadian secara lebih mendalam, termasuk aspek keterbukaan, kehati-hatian, dan stabilitas emosi.
- Tes Kognitif: Alat ini mengukur kemampuan berpikir logis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, yang penting untuk banyak pekerjaan.
- Wawancara Berbasis Kompetensi: Metode ini membantu mengevaluasi pengalaman dan keterampilan kandidat berdasarkan situasi nyata di dunia kerja.
Dengan mengkombinasikan berbagai metode ini, perusahaan dapat melihat tidak hanya kepribadian kandidat, tetapi juga kemampuan teknis, cara berpikir, dan potensi mereka dalam bekerja.
Contoh Kombinasi Tes dalam Rekrutmen
Salah satu contoh nyata dari kombinasi asesmen adalah proses seleksi untuk posisi manajerial. Sebuah perusahaan mungkin menggunakan:
- MBTI untuk memahami gaya kepemimpinan dan preferensi kerja kandidat.
- Big Five Personality Test untuk melihat stabilitas emosi dan kemampuan beradaptasi.
- Wawancara Berbasis Kompetensi untuk mengevaluasi kemampuan memimpin tim dalam situasi sulit.
Dengan pendekatan ini, perusahaan tidak hanya memilih kandidat berdasarkan preferensi kepribadian, tetapi juga memastikan mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.
Pendekatan multidimensional ini memberikan hasil rekrutmen yang lebih objektif, sekaligus membantu perusahaan menemukan kandidat yang benar-benar cocok untuk tim dan budaya kerja mereka.
Baca juga : 6 Tips Sukses Mengintegrasikan Kamus Kompetensi dalam Proses Rekrutmen
Tips Memilih Aplikasi Tes MBTI
MBTI tidak hanya berguna untuk memahami kepribadian individu, tetapi juga dapat membantu perusahaan dalam menilai kecocokan kandidat dengan budaya perusahaan. Dengan pendekatan yang tepat, hasil MBTI dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai bagaimana seorang kandidat akan beradaptasi dan berkembang dalam lingkungan kerja yang sudah ada.
Analisis Kecocokan Budaya
Setiap perusahaan memiliki nilai-nilai, prinsip, dan dinamika kerja yang khas. MBTI bisa menjadi alat yang efektif untuk menilai apakah kandidat akan cocok dengan budaya tersebut.
Misalnya, jika sebuah perusahaan menekankan kolaborasi tim dan pengambilan keputusan bersama, kandidat dengan tipe kepribadian yang lebih terbuka dan ekstrovert (misalnya ENFP) mungkin lebih mudah beradaptasi.
Di sisi lain, perusahaan yang lebih terstruktur dan fokus pada detail mungkin lebih cocok dengan kandidat yang lebih terorganisir dan berpikir analitis, seperti tipe ISTJ.
Dengan memahami tipe MBTI kandidat, HR dapat menilai apakah individu tersebut memiliki kecocokan dengan budaya kerja perusahaan. Hal ini membantu mengurangi risiko ketidakcocokan yang bisa menyebabkan masalah seperti stres atau turnover tinggi.
Peran MBTI dalam Team Building
MBTI juga dapat digunakan untuk memperbaiki dinamika tim, komunikasi, dan kolaborasi antar anggota tim. Dengan memahami kepribadian satu sama lain, anggota tim dapat belajar untuk bekerja sama dengan lebih efektif.
Misalnya, tim yang terdiri dari berbagai tipe kepribadian (seperti introvert dan ekstrovert) bisa mendapatkan manfaat dari pemahaman tentang cara masing-masing anggota berpikir dan berkomunikasi.
Dalam hal pemecahan konflik, MBTI membantu anggota tim memahami bahwa perbedaan dalam cara berpikir atau berinteraksi bukanlah masalah, tetapi justru bisa menjadi kekuatan.
Misalnya, seorang ekstrovert yang lebih terbuka dengan ide baru bisa bekerja dengan baik dengan seorang introvert yang lebih fokus pada detail dan analisis mendalam.
Dengan pemahaman ini, tim bisa lebih harmonis, efektif, dan produktif dalam mencapai tujuan bersama. Melalui penggunaan MBTI dalam team building, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, mendukung, dan berdaya saing.
Baca juga : Meningkatkan Efektivitas Rekrutmen dan Seleksi dengan Asesmen Online
Proses dan Interpretasi Hasil Tes MBTI dalam Rekrutmen
Tes MBTI adalah alat yang bisa memberikan banyak wawasan mengenai kepribadian kandidat. Namun, untuk memanfaatkannya secara maksimal dalam proses rekrutmen, penting untuk mengikuti tahapan yang tepat dalam penerapannya serta memahami bagaimana cara menginterpretasi hasilnya dengan benar.
Berikut adalah tahapan penggunaan MBTI dalam rekrutmen serta beberapa tips praktis untuk HR.
Tahapan Penggunaan MBTI
Proses penggunaan MBTI dalam rekrutmen dimulai dengan administrasi tes, yaitu kandidat mengisi kuesioner MBTI yang berisi serangkaian pertanyaan mengenai preferensi mereka dalam berbagai situasi.
Setelah kandidat menyelesaikan tes, hasil tes akan menunjukkan tipe kepribadian mereka berdasarkan empat dimensi utama: Ekstrovert/Introvert, Sensing/Intuition, Thinking/Feeling, dan Judging/Perceiving.
Setelah hasil tes tersedia, interpretasi hasil dapat dilakukan. Pada tahap ini, HR atau psikolog yang terlatih akan menganalisis tipe kepribadian kandidat dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam pekerjaan yang dilamar.
Hasil ini perlu dikaji bersama dengan asesmen lain, seperti wawancara atau tes keterampilan, untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang kecocokan kandidat.
Membaca Hasil MBTI
Hasil MBTI mengelompokkan kandidat ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian yang berbeda. Setiap tipe mencerminkan preferensi kandidat dalam berinteraksi dengan dunia luar dan cara mereka mengambil keputusan.
Untuk memahami hasil tes, HR perlu menghubungkan tipe kepribadian kandidat dengan kriteria pekerjaan yang dibutuhkan. Misalnya:
- Ekstrovert (E): Lebih nyaman bekerja dalam tim, sering tampil dalam situasi sosial, cocok untuk pekerjaan yang melibatkan interaksi dengan orang lain.
- Introvert (I): Lebih nyaman bekerja sendiri atau dalam tim kecil, cocok untuk pekerjaan yang membutuhkan fokus dan independensi.
- Thinking (T): Lebih cenderung pada logika dan analisis, cocok untuk posisi yang membutuhkan keputusan berbasis data atau pemecahan masalah teknis.
- Feeling (F): Lebih berfokus pada empati dan hubungan interpersonal, cocok untuk pekerjaan yang melibatkan banyak interaksi emosional, seperti HR atau layanan pelanggan.
Memahami hasil ini membantu HR menilai apakah tipe kepribadian kandidat sesuai dengan kebutuhan posisi yang sedang dibuka.
Tips Praktis untuk HR
Untuk mengintegrasikan hasil MBTI secara efektif dalam proses rekrutmen, berikut beberapa tips praktis:
- Gunakan MBTI sebagai salah satu alat asesmen: Jangan hanya mengandalkan MBTI. Kombinasikan dengan tes lain, seperti wawancara berbasis kompetensi atau tes keterampilan, untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang kandidat.
- Fokus pada kekuatan masing-masing tipe kepribadian: Setiap tipe MBTI memiliki kekuatan dan kelemahannya. Sebagai contoh, tipe Judging (J) yang lebih terorganisir mungkin cocok untuk posisi yang membutuhkan ketelitian dan perencanaan. Sementara tipe Perceiving (P) yang lebih fleksibel dan adaptif lebih cocok untuk pekerjaan yang dinamis dan sering berubah.
- Pertimbangkan kecocokan budaya perusahaan: Pastikan bahwa tipe kepribadian kandidat sesuai dengan budaya perusahaan. Jika perusahaan lebih dinamis dan terbuka, kandidat dengan tipe kepribadian **Intuitive (N)** yang kreatif dan inovatif mungkin lebih cocok.
- Jangan jadikan MBTI sebagai satu-satunya dasar keputusan: Hasil MBTI harus dipadukan dengan evaluasi lainnya, seperti pengalaman kerja, keterampilan teknis, dan hasil wawancara, untuk memastikan keputusan rekrutmen yang lebih objektif.
Dengan mengikuti tahapan yang tepat dan memahami hasil tes dengan baik, HR dapat menggunakan MBTI sebagai alat bantu yang efektif untuk memilih kandidat yang cocok dengan posisi dan budaya perusahaan.
Baca juga : HR Sebagai Penggerak Inovasi: Mendukung Tujuan Bisnis melalui Kreativitas SDM
Keunggulan MBTI Dibandingkan dengan Tes Kepribadian Lainnya
MBTI tetap menjadi salah satu tes kepribadian yang populer meskipun ada tes kepribadian lain, seperti Big Five Personality Test. Setiap tes memiliki keunggulannya masing-masing, jadi penting untuk memahami kapan MBTI lebih efektif digunakan dan apa perbedaannya dengan tes lain.
MBTI vs Big Five Personality Test
Big Five Personality Test mengukur lima dimensi utama: keterbukaan, kehati-hatian, ekstraversi, kesepakatan, dan stabilitas emosional. Tes ini lebih didukung oleh penelitian ilmiah dan memberikan hasil yang lebih rinci dan akurat.
Namun, MBTI lebih sederhana dan lebih mudah dipahami oleh orang banyak. MBTI mengkategorikan orang dalam 16 tipe kepribadian berdasarkan 4 dimensi utama, sehingga lebih mudah diterima dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tempat kerja.
Dalam konteks rekrutmen, Big Five lebih cocok digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan analisis yang lebih mendalam dan ilmiah. Sementara itu, MBTI lebih sering digunakan untuk memahami dinamika tim atau mengembangkan individu dalam konteks yang lebih praktis.
Keunggulan MBTI
Meskipun ada beberapa kritik terhadap MBTI, tes ini tetap banyak digunakan karena beberapa keunggulannya:
- Mudah Dipahami: MBTI membagi kepribadian menjadi 16 tipe yang sederhana, sehingga mudah dipahami bahkan oleh orang yang tidak punya latar belakang psikologi.
- Bagus untuk Membentuk Tim yang Solid: MBTI sangat berguna untuk memahami bagaimana orang bekerja sama dalam tim dan bagaimana perbedaan kepribadian mempengaruhi komunikasi dan kerjasama.
- Meningkatkan Pengembangan Diri: Tes ini membantu orang mengenali kekuatan dan area yang bisa diperbaiki dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka.
- Populer di Berbagai Perusahaan: Karena sifatnya yang praktis, MBTI lebih banyak digunakan di perusahaan yang ingin mempermudah pemahaman tentang kepribadian karyawan dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain.
Konteks yang Tepat untuk MBTI
MBTI lebih efektif digunakan dalam situasi di mana pemahaman tentang perbedaan kepribadian penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Beberapa situasi di mana MBTI lebih berguna adalah:
- Membentuk Tim yang Kuat: MBTI membantu tim memahami bagaimana cara kerja dan gaya komunikasi setiap anggotanya, sehingga bisa meningkatkan kolaborasi dan efisiensi tim.
- Membangun Budaya Perusahaan: Untuk perusahaan yang mengutamakan hubungan interpersonal dan kerja sama tim, MBTI dapat membantu memilih orang yang sesuai dengan budaya perusahaan.
- Pengembangan Kepemimpinan: MBTI bisa digunakan untuk membantu para pemimpin mengenali kekuatan dan gaya kepemimpinan mereka, serta bagaimana cara mereka bisa bekerja lebih baik dengan berbagai tipe kepribadian dalam tim.
Meskipun tes seperti Big Five lebih unggul dalam hal keakuratan ilmiah, MBTI tetap menjadi alat yang sangat berguna dalam konteks pengembangan tim dan pemahaman kepribadian yang lebih praktis. Menggabungkan MBTI dengan tes lain dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap dalam proses rekrutmen.
Baca juga : 10 Contoh Pertanyaan HRD saat Interview Beserta Jawabannya
Studi Kasus Penggunaan Tes MBTI dalam Rekrutmen: Implementasi di Perusahaan
Tes MBTI telah banyak digunakan oleh perusahaan besar maupun kecil untuk membantu proses rekrutmen. Implementasi MBTI ini tidak hanya sekadar menilai kepribadian kandidat, tetapi juga digunakan untuk menyusun tim yang lebih harmonis dan produktif. Berikut adalah beberapa contoh penerapan MBTI di berbagai jenis perusahaan.
Contoh Perusahaan Besar
Perusahaan besar sering menggunakan MBTI sebagai bagian dari proses seleksi untuk memilih kandidat yang sesuai dengan kebutuhan tim dan budaya perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan teknologi besar menggunakan MBTI untuk menilai kecocokan kandidat dengan tim pengembang perangkat lunak yang ada.
Dengan memahami tipe kepribadian kandidat, HR bisa menentukan apakah seseorang lebih cocok dengan tugas-tugas yang membutuhkan kerja kolaboratif atau lebih baik bekerja secara mandiri. Hasilnya, perusahaan ini melaporkan peningkatan dalam kerjasama tim dan penurunan tingkat turnover karyawan setelah menerapkan MBTI dalam rekrutmen.
Selain itu, beberapa perusahaan besar juga mengkombinasikan hasil MBTI dengan wawancara berbasis kompetensi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kandidat akan beradaptasi dengan tim dan budaya perusahaan.
Dalam beberapa kasus, tes MBTI juga digunakan untuk meningkatkan kepemimpinan dan pengembangan karyawan, memberikan wawasan tentang bagaimana seorang manajer atau anggota tim dapat berinteraksi lebih efektif dengan kolega mereka.
Studi Kasus Perusahaan Kecil
Meskipun perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya sebesar perusahaan besar, beberapa usaha kecil juga memanfaatkan MBTI untuk membantu dalam memilih kandidat yang tepat.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan desain grafis kecil menggunakan MBTI untuk menilai kecocokan budaya dan kreativitas kandidat dalam tim. Dengan menggunakan MBTI, mereka dapat memastikan bahwa calon karyawan memiliki gaya kerja yang cocok dengan budaya perusahaan yang mendukung kreativitas dan kolaborasi.
Perusahaan kecil ini merasa bahwa dengan menggunakan MBTI, mereka bisa menghindari kesalahan dalam memilih karyawan yang tidak cocok dengan lingkungan kerja mereka yang lebih informal dan fleksibel. Dengan begitu, mereka dapat membangun tim yang lebih solid dan saling mendukung, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
Hasil Implementasi
Dampak nyata dari penggunaan MBTI dalam rekrutmen terlihat pada peningkatan efektivitas tim, lebih baiknya komunikasi antar anggota tim, dan penurunan konflik yang sering terjadi akibat perbedaan gaya kerja.
Banyak perusahaan melaporkan bahwa setelah menggunakan MBTI, mereka bisa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap kandidat secara lebih tepat, yang membantu dalam pengambilan keputusan rekrutmen yang lebih akurat.
Di perusahaan besar, ada peningkatan dalam retensi karyawan karena lebih banyak karyawan yang merasa cocok dengan tim dan lingkungan perusahaan mereka. Di perusahaan kecil, meskipun lebih terbatas dalam skala, perusahaan melaporkan peningkatan kolaborasi antar tim dan lebih banyak ide-ide kreatif yang muncul berkat kecocokan budaya dan gaya kerja yang lebih baik.
Penggunaan MBTI dalam rekrutmen dapat memberikan dampak positif baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Dengan memahami tipe kepribadian kandidat, perusahaan bisa membuat keputusan yang lebih baik, menciptakan tim yang lebih efektif, dan membangun lingkungan kerja yang lebih harmonis.
Baca juga : 7 Fitur HRMS yang Memudahkan Administrasi Karyawan Anda
Perspektif Ahli Psikologi tentang Penggunaan MBTI dalam Rekrutmen
Penggunaan MBTI dalam rekrutmen sering menjadi topik perbincangan di kalangan ahli psikologi. Beberapa ahli menganggapnya bermanfaat, tetapi ada juga yang melihatnya dengan skeptis. Berikut adalah pandangan para pakar tentang kelebihan, keterbatasan, dan relevansi MBTI di zaman sekarang.
Pendapat Para Pakar
Banyak psikolog setuju bahwa MBTI bisa memberikan wawasan awal tentang kepribadian seseorang, seperti bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dan cara mereka bekerja.
Dr. John D. Mayer, seorang psikolog terkenal, mengatakan bahwa MBTI bisa membantu seseorang lebih memahami dirinya sendiri dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain, yang sangat bermanfaat untuk pengembangan diri dan pembentukan tim yang lebih solid.
Namun, beberapa ahli juga mengingatkan bahwa MBTI tidak sempurna. Dr. Adam Grant, seorang psikolog terkenal, berpendapat bahwa MBTI sering terlalu menyederhanakan kepribadian manusia, yang sebenarnya sangat kompleks.
Menurutnya, MBTI tidak cukup akurat untuk dijadikan dasar keputusan rekrutmen, karena tipe kepribadian seseorang bisa berubah tergantung pada situasi dan pengalaman hidup mereka. Jadi, meskipun MBTI bisa memberikan gambaran tentang preferensi seseorang, itu bukanlah gambaran lengkap tentang kemampuan mereka dalam pekerjaan.
Tren Modern
Di era sekarang, tren dalam psikologi lebih mengarah pada penggunaan alat asesmen yang lebih ilmiah dan sudah teruji keakuratannya, seperti Big Five Personality Test. Tes ini dianggap lebih tepat karena mengukur lima aspek besar dari kepribadian yang lebih mendalam dan stabil, serta lebih relevan dalam konteks rekrutmen.
Meski begitu, MBTI masih populer di banyak perusahaan, terutama untuk memahami dinamika tim dan meningkatkan komunikasi antar anggota tim. Banyak perusahaan juga menggunakan MBTI dalam pelatihan pengembangan diri, agar karyawan dapat mengenali kekuatan dan kelemahan mereka.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa MBTI sebaiknya tidak digunakan sendirian dalam rekrutmen. Sebaliknya, tes ini harus dipadukan dengan alat asesmen lainnya yang lebih terukur dan objektif, seperti wawancara berbasis kompetensi atau tes keterampilan, agar bisa memberikan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang calon karyawan.
Kesimpulan
MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) adalah alat yang sering digunakan dalam rekrutmen untuk memahami kepribadian kandidat. Keunggulannya adalah membantu perusahaan mengetahui bagaimana seseorang berinteraksi dan bekerja dengan orang lain, yang bermanfaat untuk membangun tim yang solid. Namun, MBTI juga punya keterbatasan, seperti tidak dapat menggambarkan seluruh aspek kepribadian dan tidak selalu mencerminkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
Karena itu, perusahaan sebaiknya tidak hanya mengandalkan MBTI. Alat lain seperti tes keterampilan, wawancara, atau tes kepribadian lain yang lebih teruji, seperti Big Five Personality Test, bisa digabungkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kandidat.
Di masa yang akan datang, meskipun tes yang lebih ilmiah mungkin semakin banyak digunakan, MBTI masih bisa berguna untuk memahami preferensi kepribadian. Dengan menggabungkan MBTI dengan alat asesmen lain, perusahaan bisa membuat keputusan rekrutmen yang lebih tepat dan efektif.
Inquiry
News & Article
- Mengapa Perencanaan Tahunan HR Menjadi Kunci Keberhasilan Organisasi di 2025?
- Panduan Lengkap Rekrutmen Awal Tahun: Dari Penentuan Posisi Prioritas hingga Onboarding yang Efektif
- Transformasi Pengelolaan SDM dengan HRIS: Tingkatkan Efisiensi dan Keputusan Bisnis
- 7 Tips Mengelola Anggaran HR Secara Efisien di Awal Tahun
- 10 Tren HR (Human Resources) 2025-2030: Persiapkan Dirimu dengan Kompetensi Ini
Latest Events
- Badan Pusat Statistik – Emerging Leader Development Program
- BPJS Ketenagakerjaan – Change Your Selftalk, Change Your Life
- Employee Development Program – PT Waskita Toll Road Kolaborasi dengan Proxsis HR
- Proxsis HR Professional Community – Monthly Meetup Ep. 26 Leading with Adaptability: Embracing Learning Agility as a Future Leader
- PT PGAS Telekomunikasi Nusantara – Design Thinking for Innovation and Continuous Improvement
Recent Posts
- Mengapa Perencanaan Tahunan HR Menjadi Kunci Keberhasilan Organisasi di 2025?
- Panduan Lengkap Rekrutmen Awal Tahun: Dari Penentuan Posisi Prioritas hingga Onboarding yang Efektif
- Transformasi Pengelolaan SDM dengan HRIS: Tingkatkan Efisiensi dan Keputusan Bisnis
- 7 Tips Mengelola Anggaran HR Secara Efisien di Awal Tahun
- 10 Tren HR (Human Resources) 2025-2030: Persiapkan Dirimu dengan Kompetensi Ini
Contact Us
Permata kuningan Building 17Th Floor, Suite 1701 Jl. Kuningan Mulia kav 9 Kawasan bisnis epicentrum Jakarta – 12980
Phone: 0813-8080-7366| 081315667747
Fax: 021-8370.8679 | 021-8370.8680