Bagaimana Cara Cegah Karyawan Resign Setelah THR

5 Menit Membaca
Cegah Karyawan Resign

Lebaran menjadi momen bagi karyawan untuk menerima Tunjangan Hari Raya (THR). Pada momen ini juga sering dipakai sebagai momen untuk mengawali hal baru, termasuk mencari pekerjaan dan karir baru.

Berdasarkan laporan Sindonews.com, LinkedIn menemukan peningkatan tenaga kerja yang pindah kantor dan mencari peluang kerja baru di bulan Juli 2018 setelah Idul Fitri. Fenomena ini memberi dampak positif dan negatif baik dari sisi tenaga kerja atau perusahaan.

Diketahui, ada peningkatan 9% hingga 10% pengguna Indonesia yang punya pekerjaan baru setelah Lebaran. Sementara pada bulan Ramadhan tahun 2014 hingga 2018, angka tenaga kerja yang berpindah kantor hanya sebesar 6% – 7% saja, namun di tahun 2014 hingga 2016, peningkatan 10% terjadi di bulan Agustus. 

Sementara, di tahun 2017 – 2018 terjadi peningkatan sebesar 9% yaitu pada bulan Juli. Angka perpindahan tenaga kerja yang besar di Idul Fitri dan lebih banyak lagi lapangan kerja yang terbuka, membuat perusahaan harus fokus mengembangkan karyawan. 

Baca juga: Tantangan HRD dan Pentingnya Sertifikasi BNSP

Oleh karena adanya fakta tersebut, perusahaan perlu memiliki strategi untuk mencegah perpindahan karyawan agar tak kehilangan orang-orang terbaiknya. Bagaimana peran HR untuk cegah karyawan resign setelah THR? Simak tips berikut:

1. Tawarkan Gaji yang Kompetitif

Karyawan saat ini sangat mudah mendapatkan informasi terkait upah di suatu perusahaan. Informasi ini didapat dari penelitian kredibel seperti survei gaji, sehingga karyawan bisa melakukan perbandingan upah rata-rata dengan rekan-rekan seprofesinya.

Oleh karena itu, perusahaan seharusnya menawarkan paket upah yang kompetitif. Upah yang kompetitif ini bisa menjadi cerminan bagaimana perusahaan menghargai setiap individu karyawannya.

2. Merancang Rencana Sukses Karyawan

Cara cegah karyawan resign setelah THR selanjutnya adalah dengan cara perusahaan menjelaskan prospek pertumbuhan. Hal ini cenderung menarik bagi karyawan. Perusahaan harus memberikan penghargaan kepada karyawan yang telah bekerja keras. Menghargai karyawan dengan sebuah pengakuan sama pentingnya seperti benefit finansial yang diberikan perusahaan kepada karyawan.

Perusahaan yang memberikan jalur perkembangan karir jelas akan membuat karyawan sadar bahwa ia memiliki masa depan jelas di perusahaan tersebut. Pada akhirnya hal ini cenderung meningkatkan tingkat retensi karyawan.

3. Membangun Komunikasi Terbuka

Sebelum memutuskan resign, sebagian besar karyawan tidak mau memberi tahu perusahaannya. Sementara itu, sebagian karyawan ada yang tidak ingin merusak hubungan dengan perusahaannya dan ada juga yang sudah tak lagi menghargai perusahaannya.

Melihat hal itu, perusahaan sebenarnya bisa memiliki tingkat retensi yang tinggi dengan memastikan karyawan tetap nyaman untuk berbagi feedback dan kritik membangun dengan manajer. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya mendorong karyawan untuk selalu terbuka.

4. Membangun Saluran Umpan Balik

Perusahaan bisa menerapkan strategi untuk mendorong komunikasi yang terbuka. Termasuk menciptakan peluang untuk membangun jaringan dan tim di luar kantor. Hal ini dapat membantu mengembangkan rasa persahabatan dan loyalitas diantara karyawan. Langkah lain yaitu bisa menerapkan proses penilaian secara transparan, sehingga kekuatan dan kelemahan karyawan bisa dinilai dengan jelas.

Konsultan HR dari Proxsis HR

5. Belajar Membaca Tanda

Sebanyak 85 persen perusahaan di Asia mengaku bisa memprediksi karyawan mana yang akan mengundurkan diri. Ada tiga tanda paling umum, yaitu karyawan tampak bingung dan menjauh dengan lingkungan kerja, turunnya efisiensi bekerja, hingga menurunnya kualitas kerja.

Memahami tanda-tanda bahwa karyawan merasa tidak bahagia atau menjauh dinilai penting supaya masalah bisa diselesaikan sejak awal. Hal ini penting tidak hanya bagi karyawan, namun juga bisa mencegah karyawan lain terkena dampak negatif dari karyawan yang sedang bermasalah. Selain itu hal ini mencegah terjadinya penurunan produktivitas kerja.

6. Mengetahui Akar Masalah

Manajer perusahaan bekerja sama dengan bagian SDM mencari tahu sumber masalah yang menyebabkan karyawan tidak bahagia. Jika masalahnya terkait pekerjaan, maka menetapkan tujuan baru yang akan menciptakan tantangan baru merupakan cara yang baik untuk membuat karyawan tetap dilibatkan, bahagia dan merasa berguna.

Jika diketahui ada masalah pribadi, maka lebih penting untuk membangun jalur komunikasi secara terbuka dan jujur untuk membantu karyawan. Jika memungkinkann maka dampak terhadap bisnis menjadi lebih minimal.

7. Mengetahui Feedback dari Karyawan yang Resign

Perusahaan masih bisa memanfaatkan feedback dari karyawan yang telah resign. Metode ini digunakan jika karyawan memang tak bisa  dicegah dan benar-benar telah resign. Feedback bisa didapatkan melalui exit interview atau wawancara yang dilakukan secara formal atau non-formal kepada karyawan yang telah resmi resign.

Lewat wawancara ini perusahaan mendapatkan umpan balik secara jujur dan membangun. Informasi ini bahkan bisa bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan perubahan secara signifikan. Pada akhirnya berguna untuk mempertahankan kandidat yang lebih baik di masa mendatang.

Itulah penjelasan tentang cara perusahaan mempertahankan karyawan terbaiknya. Perusahaan harus bisa mencegah keluar orang-orang terbaiknya dengan cara yang tepat. Diantaranya membangun budaya perusahaan yang tepat. Bagaimana caranya? 

Konsultasikan kebutuhan Anda mengenai Corporate Culture. Info lebih lanjut bisa lihat disini atau hubungi kami di Hello Expert. Proxsis HR siap untuk melayani dan berkolaborasi.

Rate this post
Bagikan artikel ini